Kenali Jenis Hama Resisten yang Paling Sering Ditemui
Resistensi hama memiliki
pengertian yaitu sifat kekebalan hama. Peristiwa ini terjadi pada beberapa hama
dari yang sebelumnya tidak kebal menjadi kebal terhadap pembasmian dengan
menggunakan obat hama.
Dalam dunia pertanian penggunaan obat hama atau pestisida, insektisida, dan sebagainya merupakan hal yang umum untuk membasmi hama yang dapat merusak tanaman. Dalam jangka waktu panjang penggunaan pestisida atau obat hama ini dapat menyebabkan resistensi hama, karena hama yang terpapar bahan kimia tersebut mulai menjadi kebal atau resisten.
Bagaimana hama resisten terbentuk?
Pestisida yang mengandung DDT menyebabkan
hama ulat daun kubis di beberapa sentra
produksi kubis di Indonesia menjadi resisten. Hama resisten tidak muncul begitu
saja, namun harus melalui beberapa proses terlebih dahulu.
Tahap pertama yaitu adanya peningkatan detoksifikasi yaitu kemampuan tubuh hama untuk mentoleransi tingkat racun. Kedua, penurunan kepekaan terhadap pestisida dari tubuh hama.
Ketiga, penurunan laju penetrasi pestisida pada tubuh serangga yaitu laju pestisida masuk ke dalam tubuh hama menjadi lambat, dan keempat hama menghindari kontak dengan pestisida dengan cara tidak memakan tumbuhan yang disemprot pestisida ketika dosisnya masih tinggi.
Umumnya hama resisten bersifat rentan sehingga mudah mati, sehingga jumlah populasinya tidak banyak. Namun, jika terjadi penyemprotan pestisida berikutnya akan menyebabkan hama-hama resisten yang masih hidup berkembangbiak hingga populasinya meningkat menjadi lebih banyak.
Penyemprotan pestisida bertujuan untuk mengurangi hama hingga batas tertentu agar tidak merugikan tanaman. Jika terjadi kelebihan dosis atau jumlah penyemprotan pestisida maka akan menyebabkan munculnya hama resisten.
- Hama resisten pada sayur kubis
- Hama resisten pada padi
Contoh hama resisten selanjutnya
adalah hama wereng coklat (Nilaparvata
lugens Stal.) Wereng coklat sering menularkan penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput yang sulit untuk diobati.
Wereng coklat menjadi hama yang resisten terhadap fentoat 17,3 kali dan
terhadap BPMC 7,7 kali.
- Hama resisten pada umbi kentang
Hama yang sering menyerang umbi
kentang adalah Phthorimaea operculella dan
juga ulat dari jenis Spodoptera litura.
Phthorimaea operculella dikenal juga
dengan sebutan ulat taromi atau salisip. Pembasmian hama kentang ini biasanya
dengan menggunakan insektisida untuk serangga seperti Dusban 20 EC dan Bayrusil 25 EC.
Cara mengatasi munculnya hama resisten
Kemunculan hama resisten dapat diatasi dengan upaya memperlambat perkembangan resistensi. Usaha yang dilakukan harus secara disiplin, terpadu, lintas sektor, dan melibatkan berbagai pihak yang berkaitan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah hama resisten antara lain seperti beralih ke cara pengendalian non kimiawi, seperti pergiliran tanaman, perangkap hama, pengaturan jarak tanaman, pembatasan penggunaan pestisida, dan pengembangan produk insektisida dan pestisida baru.
Menggunakan pestisida dengan dosis yang tepat akan membantu mengurangi jumlah hama resisten secara perlahan. Caranya yaitu dengan menghitung dan memperkirakan kepadatan populasi yang tepat dan hindarilah menyemprotkan pestisida pada waktu hujan atau berangin.
Tidak selamanya penggunaan pestisida
dalam jumlah banyak akan ampuh membasmi hama. Penggunaan pestisida dalam jumlah
banyak malah akan mengarah pada pertumbuhan hama-hama yang resisten terhadap
pestisida. Penggunaan pestisida dalam jumlah sedikit juga akan mengurangi sifat
resistensi yang akan muncul pada hama yang diserang.
Pengembangan produk pestisida
baru berfungsi untuk memanipulasi hama secara biokimia maupun genetik sehingga
tidak menjadi resisten. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik penjernihan
atau saturasi.
Tidak ada komentar untuk "Kenali Jenis Hama Resisten yang Paling Sering Ditemui"
Posting Komentar